Suatu Maghrib di Ramadan tahun 2013, saya dan rekan-rekan kantor saya baru saja mengadakan acara offair di bilangan Dago dan memutuskan untuk berbuka puasa di sekitaran Bandung Electronic Center (BEC).
Agak random? Oh, tentu saja tidak. Sore itu kami mendapat kabar kalau THR sudah cair dan saya nggak sabar untuk segera menghabiskannya dengan cara membeli satu barang yang sudah diimpikan: ponsel Android.
Saya, ditemani rekan kerja saya, membeli ponsel Android bermerek LG yang harganya nggak sampai Rp1.500.000. Saat itu juga saya resmi berpindah haluan dari BlackBerry ke Android.
Sesampainya di kantor, saya langsung menghubungkan ponsel saya ke WiFi kantor untuk mengunduh aplikasi-aplikasi yang dibutuhkan. Namun, ada dua aplikasi yang sudah nggak sabar saya gunakan: Path dan Tinder.
Continue reading “Retrospeksi Menggunakan Tinder di Usia 23 dan 32”