Meja Sebelah

o-empty-classroom-facebook

Juli 2012

Masa Orientasi Siswa sudah selesai dan hari ini adalah hari pertama aku mengenakan seragam putih abu-abu. Orang bilang, masa-masa SMA adalah masa-masa paling indah yang gak akan bisa dilupain. Hm… kita lihat nanti. Eh, by the way, cowok yang duduk di meja sebelah gue ini kok malah tidur ya? Bukannya kenalan dan ngobrol sama temen-temen baru di kelas. 

Agustus 2012

Cowok yang sering tidur di kelasku itu namanya Gandhi.  Serius, hampir tiap hari tidur terus lho. Tapi, tugasnya selalu beres. Kalau tiba-tiba ditanya sama guru, bisa jawab juga. Anaknya kocak juga sih. Sering bikin jokes yang garing LOL

September 2012

Aku jarang solat di masjid sekolah. Sekalinya ke sana, aku tadi papas an sama Gandhi. Gak aneh sih. Gandhi kan emang rajin solat. Tapi, gak gabung jadi anak rohis sih. Padahal cocok sih kayaknya. Ah, gak tau deh. Aku gak deket-deket amat sama dia walaupun meja kita sebelahan di kelas.

Oktober 2012

Gak enak badan dan terlalu lemas jalan ke kantin buat beli makanan. Pengen izin pulang, tapi sehabis jam istirahat ada UTS Fisika. Kayaknya aku ketularan pilek dari Tata, temen sebangkuku yang hari ini demam sampai gak masuk sekolah. Mau nitip beli makanan, di kelas cuma ada Gandhi yang baru bangun tidur (seperti biasa). Awalnya ragu, tapi akhirnya aku berani buat minta tolong.

“Bentar ya. Aku tulis dulu titipan aku.”

“Roti isi kacang, susu stroberi, sama Beng-beng, kan?” ujar Gandhi enteng sambil menghampiri mejaku.

Aku terkejut, “Kok tau?”

Gandhi hanya merespon dengan mengangkat kedua pundaknya, lalu berlalu dengan wajah masih setengah mengantuk setelah menerima uang dariku.

Juli 2013

Aku memilih jurusan IPA dan ternyata satu kelas lagi dengan Gandhi. Tadinya, aku mau menanyakan apakah dia mau duduk satu meja denganku, tapi aku enggan. Toh, dia masih duduk di sebelah mejaku. By the way, aku suka ngeliat rambut barunya yang sekarang. Botak. Hehehe…

November 2013

Gak sengaja ketemu Gandhi kemarin sore di Gramedia. Duh, aku gak ngerti deh kenapa tiba-tiba kedua kakiku jalan ke bagian buku-buku agama dan tau-tau pundak kananku ditepuk dari belakang. Ternyata, itu tangan Gandhi.

“Ngapain lu di sini?” tanya Gandhi.

“Mau tobat gue,” candaku. Eh, dia ngakak enak banget. Aku sering liat dia ketawa—ngetawain jokes garingnya atau ngetawain jokes temen sekelas kita. Tapi, baru sekarang dia ketawa gara-gara jokes-ku. (yaiyalah ngobrol aja jarang banget)

Januari 2014

Semalam begadang sama keluarga buat ngerayain taun baru. Biasa, barbeque-an di halaman rumah. Sambil leyeh-leyeh di atas kasur, aku nge-scroll timeline Path dan nemu foto Gandhi berdua dengan Femmy—salah satu gadis yang paling banyak diincar di sekolah. Mereka kayaknya ngerayain taun baruan bareng di salah satu kafe di daerah Dago Atas. Eh, kok aku cemburu ya?

Juli 2014

Sekelas lagi sama Gandhi. Kok bisa ya aku sekelas terus sama dia selama tiga tahun berturut-turut? Dan mejanya selalu sebelahan pula. Dan, lagi-lagi dia tidur di kelas. Kebetulan, posisi kepala sebelah kiri menjadi tumpuan tidurnya, jadi wajahnya menghadap ke kanan—ke arah mejaku. Gak pernah bosen liat muka bantalnya dari tahun 2012 lalu.

Februari 2015

Gandhi sering mampir ke mejaku buat belajar Fisika. UN bentar lagi dan dia paling ngeri buat ngadepin soal-soal Fisika.

“Eh, inget gak sih waktu lu keras kepala gak mau pulang walaupun badan udah lemes banget waktu kelas 1 dulu? Kalau gak salah gara-gara abis jam istirahat ada UTS Fisika, jadinya lu gak mau nge-skip. Muka lu padahal udah pucet banget kayak mayat,” ujar Gandhi dan diakhiri dengan ketawanya yang khas.

Aku toyor dia dan kembali ngajarin materi tentang Momen Inersia.

Dia ingat hari itu karena keras kepalanya aku yang gak mau izin pulang. Sementara aku, aku selalu ingat hari itu karena dia tahu ‘paket jajanan’ yang selalu aku beli di kantin: roti isi kacang, susu stroberi, dan Beng-beng.

Juni 2016

Angkatanku lulus semua. Saat hari kelulusan, aku mau memberikan hadiah kenangan kepada Gandhi yang bakal cabut dari Indonesia. Gandhi pernah cerita kepadaku sebelum UN. Katanya, orang tuanya udah ngedaftarin dia di salah satu universitas terbaik di Jerman. Jadi, aku mau ngasihin jaket bomber warna navy ini biar dia gak kedinginan di Jerman nanti.

“Wah, makasih banyak!” Gandhi menatap jaket dariku dengan mata berbinar-binar. Setelah itu, dia seperti menyadari sesuatu dan merogoh saku jasnya. Tak kusangka, ada satu bungkus Beng-beng dari sakunya dan sekonyong-konyong dia kasih ke aku. “Maaf, cuma bisa ngasih ini. Lu masih doyan Beng-beng, kan?”

[ ]

Aku menghela napas panjang. Tak kusangka laptop saat aku masih SMA dulu masih bisa dinyalakan dan data-data di dalamnya selamat semua. Sebelum ‘rusak’ lagi, buru-buru aku pindahkan datanya ke external hard disk. Aku hampir lupa kalau dulu aku sering menulis catatan harian di laptop ini dan semua tulisannya aku kumpulkan di folder dengan nama “Tugas-tugas Fisika”. Sengaja aku namai begitu because who will bother to open a folder and find out about formulas and other shits?

[Klik kanan – delete folder]

Kulirik tanggal yang ada di pojok kanan bawah layar laptop: 16 Juni 2021. It’s been five years, Gandhi.

[ ]

Jumat, 18 Juni 2021

Aku terlalu awal datang ke mesjid di dekat gedung kantor tempatku bekerja. Well, it’s not a bad thing anyway. Segera aku mengambil wudhu dan mengambil spot favoritku untuk shalat: di sebelah jendela paling kiri di mesjid tersebut. What the heck, sudah ada seseorang yang duduk di tempatku dan sepertinya sedang asik tidur. Posisi duduknya bersila, pipi kirinya disangga oleh tangan kirinya, sehingga wajahnya menghadap ke kanan—ke arahku. Seketika lututku agak lemas. Situasi ini terlalu familiar bagiku. Kudekati perlahan lelaki berkumis tipis dan mengenakan jaket bomber navy yang sudah agak lusuh itu and I just can’t.

Lelaki itu terbangun dan mencoba memfokuskan pandangannya padaku. Ia menegakkan punggungnya, lalu tanpa ragu memanggil, “Andri?”

Aku terkesiap. Sudah lama aku tak mendengar suara itu memanggil namaku. “Hai, Gandhi.”

Kemudian, terdengar muadzin mesjid tersebut sedang mengecek mikrofon untuk mengumandangkan adzan zuhur—pertanda bahwa waktu untuk Shalat Jumat akan segera tiba.

4 thoughts on “Meja Sebelah

Leave a comment

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.